Minggu ke 5
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan
individu memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti
dan masuk akal mengenai dunia. Persepsi mempunyai implikasi strategi bagi para
pemasar, karena para konsumen mengambil keputusan berdasarkan apa yang mereka
rasakan, daripada atas dasar realitas yang obyektif.
UNSUR-UNSUR PERSEPSI
SENSASI
Sensasi merupakan respon yang segera
dan langsung dari alat pancaindera terhadap stimuli yang sederhana (iklan,
kemasan, merk). Stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh panca
indera. Kepekaan konsumen merujuk pada pengalaman berupa sensasi. Kepekaan
terhadap stimuli berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kualitas indera penerima
individu dan besarnya atau intensitas stimuli yang dialaminya.
AMBANG ABSOLUT
AMBANG ABSOLUT
Tingkat terendah dimana seseorang
dapat mengalami sensasi disebut ambang absolut. Titik dimana seseorang dapat
mengetahui perbedaan antara “ada sesuatu” dan “tidak ada apa-apa” merupakan
ambang absolut orang itu terhadap stimulus tersebut. Dalam bidang persepsi,
istilah penyesuaian diri khususnya merujuk pada “menjadi terbiasa” terhadap
sensasi dan tingkat stimulasi tertentu.
AMBANG DIFERENSIAL (JUST NOTICEABLE DIFFERENCE)
AMBANG DIFERENSIAL (JUST NOTICEABLE DIFFERENCE)
Perbedaan terkecil (minimal) yang
dapat dirasakan antara dua macam stimuli yang hampir serupa disebut ambang
diferensial atau just noticeable difference (perbedaan yang masih dapat
dilihat) disingkat j.n.d. Ernest Weber seorang ilmuwan Jerman abad 19 menemukan
bahwa j.n.d. antara dua stimuli tidak merupakan jumlah absolut tetapi jumlah
relative atas intensitas stimulus pertama. Hukum Weber menyatakan bahwa semakin
besar stimulus pertama, semakin besar intensitas tambahan yang dibutuhkan
supaya stimulus kedua dapat dirasakan perbedaannya.
Sebagai contoh, kenaikan $100 pada
harga sebuah mobil mungkin tidak akan diperhatikan, tetapi kenaikan $1 pada
harga premium (bensin) segera akan menjadi perhatian para konsumen, karena
merupakan persentase yang berarti dari harga bensin sebelum terjadi kenaikan
harga.
Aplikasi
j.n.d ke Pemasaran
Para produsen dan pemasar berusaha
menetapkan j.n.d. yang relevan untuk produk mereka karena dua alasan yang
sangat berbeda yaitu:
- Supaya berbagai perubahan negatif (misalnya, pengurangan ukuran atau kualitas produk, atau peningkatan harga produk) tidak dapat dengan mudah dilihat oleh publik (tetap dibawah j.n.d.),
- Supaya perbaikan produk (seperti kemasan yang diperbaharui, ukuran yang diperbesar, atau harga yang lebih rendah) sangat jelas bagi para konsumen tanpa pemborosan yang tidak berguna (berada di tingkat atau sedikit di atas j.n.d.).
PERSEPSI SUBLIMINAL
Kebanyakan stimuli dirasakan oleh
para konsumen di atas tingkat kesadaran mereka, tetapi stimuli yang lemah dapat
dirasakan di bawah tingkat kesadaran, yaitu dapat merasakan stimuli tanpa
secara sadar telah melakukannya. Stimuli yang terlalu lemah untuk terlihat atau
terdengar secara sadar mungkin akan cukup kuat untuk dapat disadari oleh satu
sel atau lebih penerima, proses ini disebut persepsi subliminal. Persepsi
stimuli yang berada di atas tingkat kesadaran secara teknis disebut persepsi
supraliminal walaupun biasanya agar lebih sederhana biasa disebut persepsi.
Riset
Mengenai Persepsi Subliminal
Riset menyangkal pendapat bahwa
stimuli subliminal mempengaruhi keputusan membeli konsumen. Serangkaian
eksperimen laboratorium yang sangat imajinatif dan diadakan mengikuti dengar
pendapat publik tersebut mendukung pendapat bahwa individu dapat merasakan
sesuatu di bawah tingkat kesadaran mereka, tetapi tidak menemukan bukti bahwa
mereka dapat dibujuk untuk bertindak sebagai respon terhadap stimulasi subliminal.
Mengevaluasi Keefektifan Persuasi
Subliminal
Suatu tinjauan literatur menyatakan
bahwa riset persepsi subliminal berdasarkan pada dua pendekatan teoritis,
yaitu:
- Pengulangan stimuli yang sangat lemah secara terus-menerus mempunyai pengaruh tambahan yang memungkinkan stimuli itu membangun daya tanggapan terhadap berbagai penyajian.
- Stimuli seksual subliminal menimbulkan motivasi seksual yang tidak disadari
Meskipun demikian, belum ada studi
yang menunjukkan bahwa salah satu pendekatan teoritis ini telah digunakan
secara efektif oleh para pemasang iklan untuk meningkatkan penjualan.
Ringkasnya, walaupun ada bukti bahwa stimuli subliminal dapat mempengaruhi
reaksi afektif, namun tidak ada bukti bahwa stimulasi subliminal dapat
mempengaruhi motif atau tindakan konsumsi.
DINAMIKA PERSEPSI
Individu sangat selektif mengenai
stimuli mana yang mereka “akui”, secara tidak sadar mengorganisir stimuli yang
benar-benar mereka akui menurut prinsip-prinsip psikologis yang dipegang secara
luas dan menginterpretasikan stimuli tersebut secara subyektif sesuai dengan
kebutuhan, harapan, dan pengalaman. Tiga aspek persepsi adalah seleksi,
organisasi, dan interprestasi stimuli.
SELEKSI BERDASARKAN PERSEPSI
Para konsumen secara tidak sadar
banyak menggunakan kemampuan memilih aspek-aspek lingkungan mana (stimuli mana)
yang mereka rasakan. Stimuli mana yang terpilih tergantung pada dua faktor
utama selain sifat stimulus itu sendiri, yaitu:
- Pengalaman konsumen sebelumnya, karena hal tersebut mempengaruhi harapan-harapan mereka (apa yang mereka siapkan atau “tetapkan” untuk dilihat),
- Motif mereka pada waktu itu (kebutuhan, keinginan, minat, dan sebagainya).
Setiap faktor ini dapat membantu
meningkatkan atau mengurangi kemungkinan bahwa suatu stimulus akan dirasakan.
Berbagai
Konsep Penting Mengenai Persepsi Selektif
Pemilihan stimuli konsumen dari
lingkungan berdasarkan pada interaksi berbagai harapan dan motif mereka dengan
stimulus itu sendiri. Prinsip persepsi yang selektif meliputi konsep-konsep
berikut ini: pembukaan diri yang selektif, perhatian yang selektif, pertahanan
terhadap persepsi, dan halangan persepsi.
PENGELOMPOKAN PERSEPSI
Para konsumen mengorganisasikan
semua persepsi mereka menjadi satu keseluruhan. Prinsip-prinsip khusus yang
mendasari pengelompokkan persepsi seringkali disebut psikologi Gestalt. Tiga
prinsip yang paling dasar adalah figur dan dasar, pengelompokan, dan
penyelesaian.
INTERPRETASI PENAFSIRAN PERSEPSI
Penafsiran stimuli sangat subyektif
dan didasarkan pada apa yang diharapkan konsumen untuk dilihat dari pengalaman
sebelumnya, banyaknya penjelasan yang masuk akal yang dapat dibayangkannya,
motif dan minat pada waktu timbulnya persepsi, dan kejelasan stimulus itu
sendiri. Pengaruh yang cenderung menyimpangkan penafsiran yang obyektif diantaranya:
- Penampilan fisik,
- Stereotip,
- Berbagai petunjuk (isyarat) yang tidak relevan,
- Kesan pertama, dan
- Kecenderungan mengambil keputusan yang terlalu cepat.
BERBAGAI CITRA KONSUMEN
Sebagaimana para individu merasakan
citra diri sendiri, mereka juga merasakan citra produk dan citra merk. Produk
dan merk mempunyai nilai simbolis bagi individu, yang menilainya atas dasar
konsistensi (kesesuaian) dengan gambaran pribadi mengenai diri sendiri.
PENGATURAN DAN PENGATURAN ULANG
POSISI PRODUK
Citra yang dipunyai produk tertentu
dalam pikiran konsumen yaitu pengaturan posisinya, yang mungkin lebih penting
bagi sukses akhir daripada karakteristik produk yang sebenarnya. Produk dan
jasa yang dirasa menyenangkan mempunyai peluang yang jauh lebih baik untuk
dibeli daripada produk dan jasa yang mempunyai citra tidak menyenangkan atau
netral. Tanpa memperhatikan seberapa baik posisi produk tertentu, pemasar
mungkin terpaksa mengatur ulang posisi produk untuk merespon peristiwa pasar
(seperti pesaing mengurangi pangsa pasar merknya), atau memenuhi perubahan
kelebih-sukaan konsumen, dan lain sebagainya.
PENGATURAN POSISI JASA
Dibandingkan dengan perusahaan
pabrikan, para pemasar jasa menghadapi beberapa masalah yang unik dalam
mengatur posisi dan mempromosikan penawaran. Karena jasa tidak dapat dilihat,
citra menjadi faktor kunci dalam membedakan faktor jasa dari para pesaingnya.
Dengan demikian, tujuan pemasaran adalah untuk memungkinkan konsumen
menghubungkan suatu citra khusus dengan merk khusus.
PANDANGAN ATAU PERSEPSI MENGENAI HARGA
PANDANGAN ATAU PERSEPSI MENGENAI HARGA
Bagaimana konsumen memandang harga
tertentu (tinggi, rendah, wajar) mempunyai pengaruh yang kuat terhadap maksud
membeli dan kepuasan membeli. Para konsumen mengandalkan harga acuan internal
maupun eksternal ketika menilai kewajaran harga. Harga acuan adalah setiap
harga yang digunakan konsumen sebagai dasar perbandingan dalam menilai harga
lain. Harga acuan internal adalah harga-harga (rentang harga) yang didapat
kembali oleh konsumen dari ingatan.
KUALITAS YANG DIRASAKAN ATAU
DIPERSEPSIKAN
Para konsumen sering menilai
kualitas suatu produk atau jasa berdasarkan berbagai macam isyarat informasi,
beberapa diantaranya intrinsik terhadap produk (seperti, warna, ukuran, rasa,
aroma), sedangkan yang lain bersifat ekstrinsik (misalnya, harga, citra toko,
citra merk, lingkungan jasa). Dalam keadaan tidak adanya pengalaman langsung
atau informasi lain, parakonsumen sering mengandalkan harga sebagai indikator
kualitas.
Skala SERVQUAL, dirancang untuk mengukur kesenjangan harga antara harapan pelanggan mengenai pelayanan dan persepsi konsumen mengenai pelayanan yang diberikan, yang didasarkan pada lima dimensi berikut ini:
Skala SERVQUAL, dirancang untuk mengukur kesenjangan harga antara harapan pelanggan mengenai pelayanan dan persepsi konsumen mengenai pelayanan yang diberikan, yang didasarkan pada lima dimensi berikut ini:
- Nyata, penampilan fasilitas fisik, peralatan, personalia, dan alat-alat komunikasi.
- Reliabilitas, kemampuan menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan, yang bisa diandalkan dan akurat.
- Daya tangkap, kesediaan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat.
- Jaminan, pengetahuan dan sopan santun karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
- Empati, kepedulian dan perhatian perorangan yang diberikan perusahaan kepada pelanggan.
CITRA TOKO RITEL
Toko-toko ritel (toko eceran)
mempunyai citra toko itu sendiri yang membantu mempengaruhi kualitas produk
yang dirasakan, maupun keputusan konsumen mengenai dimana akan berbelanja.
Suatu studi mengenai citra toko ritel yang didasarkan pada strategi penetapan
harga komparatif menemukan bahwa para konsumen cenderung menganggap toko-toko
yang menawarkan diskon kecil pada sejumlah barang sebagai toko yang secara
keseluruhan menawarkan harga-harga yang lebih rendah daripada toko-toko pesaing
yang memberikan diskon yang lebih besar pada lebih sedikit produk
CITRA PABRIKAN
Citra konsumen meluas melampaui
harga dan citra toko yang dirasakan terhadap produsennya sendiri. Pabrikan yang
menikmati citra yang baik biasanya merasakan bahwa berbagai produk mereka yang
baru lebih mudah diterima daripada produk pabrikan yang mempunyai citra yang
kurang baik atau citra yang netral.
RISIKO YANG DIRASAKAN
Para konsumen sering merasa adanya
risiko dalam melakukan pilihan produk karena adanya ketidakpastian mengenai
konsekuensi keputusan produk mereka. Tipe risiko utama yang paling sering
dirasakan para konsumen ketika mengambil keputusan mengenai produk meliputi:
- Risiko Fungsional adalah risiko bahwa produk tidak mempunyai kinerja seperti yang diharapkan.
- Risiko Fisik adalah risiko terhadap diri dan orang lain yang dapat ditimbulkan produk.
- Risiko Keuangan adalah risiko bahwa produk tidak akan seimbang dengan harganya.
- Risiko Sosial adalah risiko bahwa pilihan produk yang jelek dapat menimbulkan rasa malu dalam lingkungan social.
- Risiko Psikologis adalah risiko bahwa pilihan produk yang jelek dapat melukai ego konsumen.
- Risiko Waktu adalah risiko bahwa waktu yang digunakan untuk mencari produk akan sia-sia jika produk tersebut tidak bekerja seperti yang diharapkan.
Para konsumen mengembangkan strategi
mereka sendiri untuk mengurangi resiko yang diharapkan meliputi:
- Konsumen mencari informasi,
- Konsumen setia kepada merk,
- Konsumen memilih berdasarkan citra merk,
- Konsumen mengandalkan citra toko (pedagang ritel yang mempunyai nama baik),
- Konsumen membeli model yang termahal,
- Konsumen memberi jaminan.
Referensi:
Schiffman, L.G., & Kanuk, L.L. 2007. Consumer Behaviour, 9th ed. New Jersey, Pearson Prentice Hall
Minggu ke 6
pembentukan sikap
Menurut Kotler dan Armstrong (1997, p.157), sikap adalah “Evaluasi,perasaan, dan kecenderungan dari individu terhadap suatu obyek yang relatif konsisten”. Sikap menempatkan orang dalam kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu, mengenai mendekati atau menjauhinya
Menurut Muchlas (2005:151) sikap (attitudes) ialah sesuatu yang kompleks, yang dapat didefinisikan sebagai pernyatan-pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenaiobjek, manusia, atau peristiwa-peristiwa. Sebahagian sikap terbentuk melalui proses belajar sosial yang diperoleh dari orang lain.
Menurut Azwar (1995)sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu: sikap yang berorientasi pada respon, sikap yang berorientasi pada kesiapan respon, dan sikap yang berorientasi pada skema triadic.
Definisi Kepribadian:
Kepribadian (Muchlas, 2005: 84) didefinisikan sebagai gabungan dari semua cara dimana individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang-orang lain, atau kadang-kadang didefenisikan sebagai organisasi internal dari proses psikologis dankecenderungan perilaku seseorang.
Menururt Stephen dan Timothy, (2008:127), kepribadan juga merupakan organisasi yang dinamis dalam sistem psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap lingkungan, atau dengan kata lain kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana seseorang individu berekasi dan berinteraksi dengan individu lain. 3 (tiga) komponen utama dari sikap, antara lain:
1. Kognitif atau evaluasi Kognitif atau evaluasi adalah segmen opini atau keyakinan dari sikap, yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap.
2. Afektif atau perasaan, Perasaan adalah segmen emosional atau perasaaan dari sebuah sikap, yang menimbukan hasil akhir perilaku.
3. Perilaku atau tindakan Perilaku atau tindakan adalah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap sesuatu atau seseorang.
Minggu ke 6
Pembentukan Sikap
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang, benda atau peristiwa,dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar:1995,30):
1. Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis yang akan membentuk sikap positif dan sikap negatif. Pembentukan tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi di mana tanggapan itu terbentuk, dan ciri-ciri obyektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang-orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
3. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita terutama kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pula-lah yang memberi corak pengalaman-pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakatnya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominansi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
STRUKTUR
SIKAP
struktur sikap ( afektif , konatif , kognitif )
sebelum mengenal afektif , konatif ,
kognitif kita bahas tentang sikap
Sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh
Herbert Spencer tahun 1862, yang diartikan sebagai status mental seseorang.
La Pierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola
perilaku,tendensi atau kesiapan antisipatif, dan predisposisi untuk
menyesuaikan dengansituasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon
terhadap stimuli sosialyang telah terkondisikan (Azwar, 1995).
gampangnya sikap adalah cara seseorang
melihat ‘sesuatu’ secara mental (dari dalam diri) yang mengarah pada perilaku
yang ditujukan ke orang lain,cara seseorang mengkomunikasikan perasaan-nya
kepada orang lain (melalui perilaku)
Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif
(keyakinan, kesadaran),afektif (perasaan), dan konatif (perilaku)
Komponen Kognitif
- Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
- Berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu (Mann, 1969).
- Sesuatu yang telah terpolakan dalam fikiran.
- Tidak selalu akurat.
contoh kognitif:
kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak
untuk ditiru.kemampuan untuk menilai cantik atau tidak cantik
Komponen Afektif
- Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
- Perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
- Banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud.
contoh afektif:
perasaan mencintai seseorang (sudah melibatkan
emosi)
Komponen Konatif
- Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.
- Bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
- Kecenderungan berperilaku belum tentu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai.
Menurut Freud konasi merupakan wujud dari kognisi
dan afeksi dalam bentuk tingkah laku.
contoh konatif :
menyatakan cinta kepada lawan jenis
PERUBAHAN
SIKAP
Faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan sikap:
FAKTOR INTERN: faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Berupa selektifitas atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar dirinya.
pilihan tersebut berhubungan erat dengan motif-motif dan attitude-attitude di dalam diri pada waktu tersebut.
Disesuaikan dengan motif, minat, dan perhatiannya.
FAKTOR EXTERN: faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
Berupa interaksi sosial di luar kelompok dengan hasil kebudayaan manusia.
Biasanya melalui media komunikasi (massa).
Pembentukan dan perubahan sikap terjadi dengan sendirinya.
Pada masa remaja, ada tiga hal penting dalam pembentukan sikap, antara lain:
FAKTOR INTERN: faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Berupa selektifitas atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar dirinya.
pilihan tersebut berhubungan erat dengan motif-motif dan attitude-attitude di dalam diri pada waktu tersebut.
Disesuaikan dengan motif, minat, dan perhatiannya.
FAKTOR EXTERN: faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
Berupa interaksi sosial di luar kelompok dengan hasil kebudayaan manusia.
Biasanya melalui media komunikasi (massa).
Pembentukan dan perubahan sikap terjadi dengan sendirinya.
Pada masa remaja, ada tiga hal penting dalam pembentukan sikap, antara lain:
- Mass media
- Kelompok sebaya
- Kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan, organisasi kerja.
Sherif menggunakan bahwa sikap dapat
diubah atau dibentuk apabila:
- Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia
- Adanya komunikasi (hubungan langsung) dari satu pihak
Faktor ini masih tergantung pula
adanya:
- Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak atau tidak
- Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap
baru itu
Untuk memahami sikap sosial, tidak mudah. Untuk itu, dapat dilakukan dengan beberapa metode:
- Metode langsung
- Metode tidak langsung
- Tes tersusun
- Tes tidak tersusun
Untuk mengukur sikap, dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung, dapat diukur dengan skala thurstone, skala likert, skala bogardus, skala perbedaan semantic.
Secara tidak langsung, bertumpu pada kesadaran subyek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal).
Secara langsung, dapat diukur dengan skala thurstone, skala likert, skala bogardus, skala perbedaan semantic.
Secara tidak langsung, bertumpu pada kesadaran subyek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal).
STRATEGI PERUBAHAN SIKAP
Pendekatan ini dikenal sebagai
functional approach dimana sikap dikelompokkan kedalam empat fungsi:
1. Utilitarian function
Sikap yang berfungsi utilitarian terjadi apabila konsumen
menggunakan suatu produk atau brand tertentu karena produkatau brand itu
memiliki kegunaan (utility) yang dapat memuaskan kebutuhannya. Untuk mengubah
sikap utilitarian ini pemasar akan menekankan pada kepuasan dalam penggunaan
produk.
2.
Ego defensive function
Sikap yang berfungsi mempertahankan ego terjadi apabila
konsumen bermaksud melindungi konsep diri terhadap keraguan, inkonsistensi dan
kecemasan
3.
Value expressive function
Value expressive function adalah sikap yang berfungsi
mengeksprersikan nilai-nilai umum, gaya hidup dan harapan. Melalui proses
classical conditioning, suatu brand diasosiasikan dengan stimulus yang dapat
bverupa humor dan lain-lain.
4.
Knowledge function
Dalam hal ini, orang mempunyi keingintahuan yang besar akan
suatu obyek sikap karena dia percaya bahwa obyek ini dapat mempengaruhi
perilaku.
a.
Menautkan produk dengan suatu
kelompok atau peristiwa tertentu, karena sikap paling tidak sebagian mempunyai
hubungan dengan atau juga ditentukan oleh kelompok tertentu atau peristiwa
tertentu.
b.
Menghubungan sikap yang sudah ada
denagn sikap-sikap yang berlawanan.
c.
Mengubah model-model dari model
multi atribut, caranya :
· Mengubah relative evaluation of attributes
· Mengubah brand belief
· Menambah dan menggabung suatu atribut
· Manambah overall brand rating
· Mengubah keyakinan terhadap competitor’s brand yang biasa
dilakukan melalui comparative advertising.
Semua uraian tentang pembentukan dan perubahan sikap
tersebut diatas dilandaskan pada pandangan bahwa konsumen membentuk sikapnya
dahulu baru kemudian diikuti dengan tindakan atau perilaku. Namun ada juga
pandangan lain yang mendahulukan perilaku ketimbang sikap.
Pandangan
seperti ini tampak dalam dua teori berikut:
1)
Coqnitive dissonance theory
Menurut
teori ini ketidaknyamanan atau dissonance terjadi apabila seorang
konsumenmemperoleh innformasi baru yang bertentangan dengan apa yang diyakini
atau sikapnya yang terdahulu.
2)
Attribution theory
Teori
ini menjelaskan bagaimana konsumen mencari penyebab dari berbagai peristiwa,
baik yang ditimbulkan oleh perilakunya sendiri maupun perilaku orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar