1.
JENJANG
SOSIAL
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan )
orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian
kesatuan ) status sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat
terdapat orang-orang yang secara sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki
kedudukan social yang kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang
lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
2.
Pengertian
Jenjang Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan )
orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status
sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang
yang secara sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki kedudukan social yang
kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada
pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota
masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para
anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para
anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari
status yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas
sosial tertentu merasa para anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang
lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada mereka. Aspek hierarkis kelas sosial
penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk tertentu
karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri
maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai
produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk
“kelas yang lebih rendah”.
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial
tercakup dalam berbagai kategori yang luas berikut ini: ukuran subjektif,
ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas sosial. Peneliti konsumen telah
menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor gaya hidup
tertentu ( kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama ) yang cenderung
membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.
Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam
kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua
mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena
tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan
memajukan diri.
Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya
hidup dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih
tinggi maka para pemasar sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang
lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang
ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.
3.
Faktor
Penentu Kelas social
Apakah yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu
kelas sosial tertentu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam,
karena strata sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan
sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan
bersama. Secara ideal semua manusia pada dasarnya sederajat. Namun secara
realitas, disadari ataupun tidak ada orang-orang yang dipandang tinggi
kedudukannya dan ada pula yang dipandang rendah kedudukannya. Dalam istilah
sosiologi kedudukan seseorang dalam masyarakat disebut status atau kedudukan sosial
(posisi seseorang dalam suatu pola hubungan sosial yang tertentu). Status
merupakan unsur utama pembentukan strata sosial, karena status mengandung aspek
struktural dan aspek fungsional. Aspek struktural adalah aspek yang menunjukkan
adanya kedudukan - tinggi dan rendah dalam hubungan antar status. Aspek fungsional,
yaitu aspek yang menunjukkan adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan oleh penyandang status.
Talcott
Persons, menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya status seseorang,
yaitu:
1. Kriteria kelahiran (ras, kebangsawanan, jenis keCamin,
2. Kualitas atau mutu pribadi (umur, kearifan atau
kebijaksanaan)
3. Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat,
4. Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta benda)
Otoritas
(kekuasaan dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/ mempengaruhi
orang
lain sehingga orang itu mau bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa
perlawanan)
Beberapa
indikator lain yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
a.
Kekayaan
Untuk
memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus
menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya
bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup
tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam
hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai
contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk
dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah
uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial
atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi
mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial
atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas
sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan
kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli.
Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan,
dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini
diperlukan waktu yang tidak singkat.
Uang
juga memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang berujud upah dari
pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal lebih memiliki
prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi. Dengan demikian, sumber
dan jenis penghasilan seseorang memberi gambaran tentang latar belakang
keluarga dan kemungkinan cara hidupnya.
Jadi,
uang memang merupakan determinan kelas sosiai yang penting; hal tersebut
sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar
belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
b.
Pekerjaan
Dengan
semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan
tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu
lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada
masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang
rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa
suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis
pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian
para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada
umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat
banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada
umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari
sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah
kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan strata sosial, Karena
bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau
polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat
hukum atau ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya
rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari
semua pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial
yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan
pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa
menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja,
dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga
selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi keagamaannya.
Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang
sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
Keseluruhan
cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan pada strata sosial mana
orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk
mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun merupakan
indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial seseorang.
c.
Pendidikan
Kelas
sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal.
Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis
dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan
tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan
mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam
keseluruhan cara hidup seseorang.
Dalam
beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo
(1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para
pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian,
perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka
sebanding.
4.
Pengukuran
Kelas Social
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
a. Berdasarkan Status Ekonomi.
1)
Aristoteles membagi masyarakat
secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
dan;
- Golongan sangat kaya
- Golongan kaya
- Golongan miskin
Aristoteles menggambarkan ketiga
kelas tersebut seperti piramida:
1. Golongan Sangat Kaya
2. Golongan Kaya
3. Golongan Miskin
Ket :
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam
masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak
terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam
masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
2)
Karl Marx juga membagi masyarakat
menjadi tiga golongan, yakni:
a.
Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat
produksi.
b.
Golongan menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.
c.
Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi.
Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut
Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena
dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan
demikian, dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni
golongan kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.
3)
Pada masyarakat Amerika Serikat,
pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a.
Kelas sosial atas lapisan atas (
Upper-upper class)
b.
Kelas sosial atas lapisan bawah (
Lower-upper class)
c.
Kelas sosial menengah lapisan atas (
Upper-middle class)
d.
Kelas sosial menengah lapisan bawah
( Lower-middle class)
e.
Kelas sosial bawah lapisan atas (
Upper lower class)
f.
Kelas sosial lapisan sosial
bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)
1.
Upper-upper class
2.
Lower-upper class
3.
Upper-middle class
4.
Lower-middle class
5.
Upper-lower class
6.
Lower-lower class
Kelas
sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas
sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas
sosial ketiga : pengusaha, kaum professional
Kelas
sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor,
pengrajin terkemuka
Kelas
sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas
sosial keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang
bergantung pada tunjangan.
4)
Dalam masyarakat Eropa dikenal 4
kelas, yakni:
1.
Kelas puncak (top class)
2.
Kelas menengah berpendidikan (academic middle class)
3.
Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
4.
Kelas pekerja (workmen dan Formensclass)
5.
Kelas bawah (underdog class)
b. Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam
penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat
dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang
anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
Contoh :
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat
kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut
Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita
temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana,
gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan
Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai
oleh kasta Sudra.
d.
Berdasarkan Status Politik
Secara
politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan. Seseorang yang
mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi, sedangkan yang
tidak punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas sosial atas antara
lain:
-
pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
-
pejabat legislatif, dan
-
pejabat yudikatif.
Pembagian
kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki militer.
A.
Kelas Sosial Atas (perwira) Dari pangkat Kapten hingga Jendral
B.
Kelas sosial menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor
C.
Kelas sosial bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala
5.
Apakah
Kelas Sosial Berubah
Kelas sosial akan pasti berubah, sama halnya seperti roda
kehidupan yang selalu berputar. Kadang seseorang berada dalam status sosial
yang tinggi atau berada saat mapan atau di hormati, tetapi terkadang lambat
laun akan berada di posisi bawah, yaitu ketika mereka tidak lagi berjaya, kaya,
atau di hormati seperti sebelum – sebelumnya. Ketika kelas sosial berubah
perubahan itu juga akan mempengaruhi perilaku dan selera konsumen terhadap
suatu barang. Misalnya seorang yang biasa mengkonsumsi nasi dari beras yang
mempunyai kualitas yang rendah, tetapi apabila ia menjadi kaya atau memperoleh
rezeki yang berlebih maka ia akan merubah beras yang di konsumsi dari yang
berkualitas rendah ke kualitas yang lebih tinggi. Dan ini juga bisa
mempengaruhi berbagai permintaan produksi suatu barang maupun jasa.
6.
Pemasaran
Pada Segmen Pasar Berdasarkan Kelas Social
Pemasaran pada segmen pasar berdasarkan kelas sosial berbeda
– beda sesuai dengan kelas sosial yang ingin di tuju. Bisa dilihat apabila
ingin memasarkan suatu produk yang mempunyai kelas sosial yang tinggi biasanya
menggunakan iklan yang premium atau bisa di bilang lebih eksklusif karena dapat
diketahui bahwa orang – orang yang berada di kelas sosial atau memiliki status
sosial yang tertinggi, mereka lebih memilih produk yang higienis, terbaru,
bermerk, dan kualitas yang sangat bagus. Berbeda apabila pemasaran dilakukan
untuk orang – orang yang berada pada kelas sosial terendah. Penggunaan iklan
pun kurang di gencarkan dan biasanya malah lebih menggunakan promosi yang lebih
kuat, karena kelas sosial yang rendah lebih banyak mementingkan sebuah
kuantitas suatu produk dengan harga yang murah. Jadi berbeda sekali pemasaran
yang dilakukan apabila melihat dari posisi kelas sosial yang ada.
MINGGU
KE 10,11
1.
Pengertian Budaya
Salah
satu unsur lingkungan sosial adalah budaya ( culture ). Budaya adalah segala
nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan
kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya buka hanya bersifat abstrak tetapi
bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik,
pakaian, indang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa. Menurut Peter
dan Olson (1999) ,arti/makna budaya adalah jika sebagian besar dari orang
yang berada di dalam sebuah kelompok sosial memiliki pemahaman mendasar yang
sama terhadap makna tersebut.
Engel,Blackwell
dan Miniard (1995) menyebutkan 10 sikap dan perilaku yang sangat dipengaruhi
oleh budaya , yaitu
1.
Kesadaran
diri dan ruang (sense of self and space).
2.
Komunikasi
dan bahasa.
3.
Pakaian
dan penampilan.
4.
Makanan
dan kebiasaan makan.
5.
Waktu
dan kesadaran akan waktu.
6.
Hubungan
keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah.
7.
Nilai
dan norma.
8.
Kepercayaan
dan sikap.
9.
Proses
mental dan belajar.
10. Kebiasaan kerja.
2. Unsur-Unsur
Budaya
1. Nilai (Value)
Nilai
adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang
atau suatu masyarakat., Nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang
sesuai dengan budayanya. Nilai akan
mempengaruhi sikap seseorang, yang kemudian sikap akan mempengaruhi perilaku
seseorang.
Contoh
nilai-nilai yang dianut orang Indonesia :
a.
Laki-laki adalah kepala rumah
tangga.
b. Menghormati orang tua dan orang yang
lebih tua.
c.
Hamil diluar nikah adalah aib.
Perubahan Beberapa Nilai :
Nilai yang Berubah
|
Pengaruh Terhadap Konsumsi
|
Dulu sedikit wanita yang memakai jilbab, sekarang
banyak wanita yang memakai jilbab.
|
Kebutuhan akan pakaian muslimah meningkat
|
Semakin banyak wanita mulai bekerja diluar rumah
|
Pemakaian kosmetik, pakaian kerja, dan transportasi
meningkat
|
Wanita diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
|
Permintaan pakaiana, peralatan sekolah, transportasi
meningkat
|
Wanita banyak memakai celana panjang sebagai pengganti
rok
|
Permintaan celana panjang meningkat
|
Laki-laki banyak yang hobi kesalon dan menggunakan
anting
|
Frekuensi ke salon meningkat dan permintaan perhiasan
meningkat
|
2.
Norma
(Norms)
Norma
adalah aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh dan
tidak boleh dilakukan. Norma di bagi dua yang pertama norma yang disepakati
berdasakan aturan pemerintah, biasanya berbentu peraturan , undang-undang.
Norma yang kedua adalah norma yang ada dalam budaya dan bisa di pahami dan
dihayati jika orang tersebut berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang
sama.
3.
Kebiasaan
(Customs)
Kebiasaan
adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya.
Kebiasaan diturunkan dari generasi ke generasi secara turun temurun.
Beberapa
Perayaan Keagamaan di Berbagai Daerah
Daerah
|
Budaya
|
Keterangan
|
Pengaruh Terhadap Konsumsi
|
Padang
|
Manjalang Mintuo
|
Mengantar makanan ke rumah mertua sebelum bulan puasa,
dalam bulan puasa, dan saat lebaran
|
Meningkatkan pembeliaan bahan makanan (beras, lauk
pauk)
|
Riau
|
Balimau kasai
|
Mandi bersama di sungai sehari sebelum puasa ramadhan
|
Sarana transportasi, makanan, minuman, perlengkapan
mandi, mainan anak, dan hiburan
|
Aceh
|
Rabu abek
|
Pergi ke tempat wisata minggu terakhir menjelang puasa
|
Meningkatkan pembeliaan bahan makanan
|
Beberapa
Perayaan Perkawinan di Berbagai Daerah
Daerah
|
Perayaan
|
Keterangan
|
Pengaruh Terhadap Konsumsi
|
NTT
|
Belis
|
Persyaratan meminang dengan memberikan ternak, kain dan
emas kepada calon istri
|
Pakaian, makanan, minuman, perhiasan, ternak
|
Manado
|
Maso minta
|
Acara melamar yang dilakukan pria ke wanita
|
Meningkatkan pembelian sandang, pangan dan bunga
|
Kalimantan, Sulawesi, Padang, Aceh, Riau
|
Pelangkahan
|
Sanksi kepada adik perempuan yang mendahului menikah dengan
cara memberikan kerbau, sapi, perhiasan, pakaian dan perlengkapannya kepada
kakak perempuan yang belum menikah
|
Kerbau, sapi, perhiasan, pakaian dan perlengkapannya
|
4.
Larangan
(Mores)
Larangan
adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral, biasanya
berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam suatu
masyarakat. Pelanggaran terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan sangsi
sosial. Biasanya bersumber dari budaya atau nilai-nilai agama.
Beberapa
Larangan yang Dijumpai di Beberapa Daerah
Larangan
|
Alasan
|
Apabila istri hamil dilarang bagi suami/istri melukai
atau membunuh binatang
|
Anaknya akan cacat
|
Dilarang foto bertiga
|
Karena nanti salah satunya akan celaka
|
Anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu dan tangga
|
Nanti akan terjadi sesuatu yang buruk, yang bisa
berakibat susah dapat jodoh
|
5.
Konvensi
(Conventions)
Konvensi
menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari, anjuran atau kebiasaan
bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari, dan biasanya berkaitan dengan
perilaku konsumen yang rutin dilakukan konsumen. Contohnya minum teh dan kopi
dengan gula, memasak menggunakan garam, anak yang menyebut orang tuanya
ayah/ibu, ayah/bunda, papa/mama, umi/abi, mami/papi.
6.
Mitos
Mitos
menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai dan
idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos sering kali sulit di buktikan
kebenarannya. Contohnya pada masyarakat jawa mengenai raja-raja dan wali songo.
7.
Simbol
Simbol
adalah segala sesuatu (benda, nama , warna, konsep) yang memiliki arti penting
lainnya ( makna budaya yang diinginkan). Contoh bendera warna kuning yang
dipasang disuatu tempat adalah simbol bahwa ada warga yang meninggal di daerah
tersebut.
8.
Budaya
dan Konsumsi .
Budaya
mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, budya adalah variable
utama dalam penciptaan dan komunikasi
makna didalam produk. Persepsi konsumen terhadap sesuatu termasuk bagaimana
cara berpikir, percaya, dan bertindak ditentukan oleh lingkungan budaya sekitar
konsumen itu berada serta kelompok yang berhubungan dengan konsumen. Kebudayaan
mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari secara total dan diwariskan.
hal ini mengandung arti bahwa kebudayaan tidak hanya mencakup tindakan yang
berlandaskan naluri tapi juga dipelajari.
Kebudayaan
mempengaruhi perilaku pembelian karena budaya menyerap ke dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya menetapkan apa yang kita dengar dan makan, dimana kita
tinggal dan kemana kita bepergian. Budaya mempengaruhi bagaimana kita membeli
dan menggunakan produk dan kepuasan kita tehadap produk-produk tersebut.
3. Pengaruh
Budaya Terhadap Perilaku Konsumen
Produk dan jasa memainkan peranan
yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa
pesan makna budaya. Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan
produk kemudian dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk
(possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual),
dan pembuangan (divestment ritual).
1.
Budaya Populer
Mowen
dan Minor (1998) mengartikan budaya populer sebagai budaya masyarakat banyak
yang mudah dipahami dan tidak memerlukan pengetahuan khusus.
a. Iklan
Iklan
dalam berbagai bentuknya seperti iklan media cetak atau pun elektronik. Setiap
hari konsumen disajikan beragam iklan produk dan jasa melalu berbagai media.
Konsumen pun bisa menikmati iklan-iklan mancanegara yang ditayangkan di tanah
air, karena iklan telah menjadi budaya internasional.
b. Televisi
Televisi
adalah medium untuk menyampaikan banyak hal kepada masyarakat : sosial,
politik, hiburan, olahraga, beragam berita, dan iklan komersial. Budaya hiburan
seperti sinetron, film, ruang konsultasi, musik, quis, ceramah agama, dan
kerohanian. Beberapa nama stasiun televisi, sctv, rcti, metro tv, tv one, trans
tv, trans 7 , indosiar, riau tv dll.
c. Musik
Musik
telah menjadi budaya populer yang sangat penting. Musik juga banyak dipakai
oleh iklan – iklan produk dan jasa. Konsumen indonesia sangat terbuka dalam
menerima jenis musik dari mancanegara.
d. Radio
Ada
fungsi radio yang tidak bisa digantikan, konsumen bisa mendengarkan radio
sambil bekerja, mengemudi dan melakukan kegiatan lainnya. Sejak penggunaan
telepon selular, radio meciptakan budaya baru yaitu interaktif antara pendengar
dan penyiar radio, radio bisa menyiarkan langsung kejadian – kejadian penting
di masyarakat.
e. Pakaian danAsesoris
Pakaian
menggambarkan suatu budaya dan bangsa. Konsumen selalu membutuhkan pakaian dan
asesoris berbeda untuk tujuan yang berbeda. Kebutuhan pakaian dan asesoris yang
berbeda antar waktu dan situasi ini yang menyebabkan permintaan selalu
meningkat.
f.
Permainan
(Games)
Seiring
dengan berkembangnya teknologi alat-alat elektronik seperti komputer,
playstation, nintendo, PSP dll, maka berkembang pula segala macam jenis
permainan. Setiap era selalu memiliki budaya permainan populer yang berbeda.
g. Film
Film
telah mewarnai kehidupan masyarakat indonesia dan dunia. Film bisa di tonton di
bioskop televisi, vcd dll dari anak-anak hingga dwasa. Film menjadi hiburan
bagi konsumen. Semua jenis prosuk, iklan produk di tayangkan pada saat
pemutaran film.
h. Komputer
Komputer,
internet dan telepon genggam menjadi ciri budaya modern suatu bangsa pada
dekade ini termasuk ciri budaya populer yang membawa perubahan pada perilaku
konsumen. Dahulu hanya menggunakan mesin ketik untuk mengolah data, menulis
dokumen. Kehadiran internet konsumen bisa berkomunikasi dengan dunia luar.
Pemakaian telepon genggam juga memiliki perilaku yang baru bisa mengirim kabar
dengan cepat conothnya penggunaan SMS.
2.
Strategi Pemasaran dengan dan
Memperhatikan Budaya
Beberapa
strategi pemasaran bisa dilakukan dengan pemahaman budaya suatau masyarakat,
pemasar dapat merencanakan strategi
pemasaran pada penciptaan produk, segmentasi dan promosi. Pemahaman tentang
budaya suatu masyarakat dan bangsa akan memberikan inspirasi mengenai produk
yang dibutuhkan oleh konsumen.
Contohnya
pada masyarakat indonesia telah mempercayai perawatan kecantikan, menjaga
kebugaran tubuh dan menyembuhkan berbagai penyakit menggunakan tumbuh-tumbuhan
, kewirausahaan pun memanfaatkan pengetahuan budaya tersebut untuk membuat
produk tradisional seperti jamu. Produsen jamu Nyonya Meneer memiliki 3000
karyawan dan mendistribusikan produknya keseluruh propinsi di indonesia bahkan
mengekspor ke jiran malaysia.
a.
Penciptaan Ragam Poduk
Beragamnya
budaya dalam berbagai masyarakat bagi pemasar seharusnya menjadi peluang sangat
baik. Dalam suatau budaya tertentu, banyak sekali ritual-ritual budaya yang
membutuhkan barang-barang yang dijadikan sebagai symbol tertentu.
b.
Segmentasi Pasar
Ritual
budaya yang dijalankan masyarakat dapat merupakan suatu segmen pasar tersendiri. misalnya, ritual
mudik lebaran dapat dijadikan satu segmen pasar “pasar mudik lebaran”.
c.
Promosi
Setelah
segmentasi dilakukan, strategi promosi dapat difokuskan segmen sasaran saja
agar efektif dan efisien. pemahaman budaya bisa dijadikan dasar untuk
memposisikan produk melalui iklan, Iklan dirancang sehingga mempisisikan produk
untuk ritual budaya-budaya
d.
Struktur
Konsumsi
Secara
matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai
hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran)
dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian
pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke
kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan
peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik
keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
e.
Dampak
Nilai- Nilai Inti Terhadap Pemasar
1) Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2) Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
3) Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
f.
Perubahan
Nilai
Budaya
juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya
perluasan perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang
meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari
pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak
menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal
tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi
kepuasan.
2.
Budaya adalah hal yang diperoleh.
Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga,
bermula dari perilaku manusia tersebut.
3.
Kerumitan dari masyarakat modern
yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang
terperinci atas perilaku yang tepat.
1)
Variasi nilai perubahan dalam nilai
budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
2)
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
3)
Usia muda/tua.
Dalam hal ini apakah dalam budaya
pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan
dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor
budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh
di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka
dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika
yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki
lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil”
bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan
kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
4)
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah
bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi
anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki
kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah
sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri
mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua
akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa
budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa
sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil
keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang
hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan
dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang
lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama
dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar