Nama : Devi Nurbaiti
NPM : 11212926
KELAS : 1EA20
Suku Banjar Dan Ragam Budayanya
Suku bangsa Banjar merupakan suku asli dari sebagian wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan, selain Kabupaten Kotabaru. Mereka itu di
perkirakan penduduk yang berasal dari pulau Sumatera atau daerah lainnya, yang
mendirikan tanah air baru di daerah ini lebih dari seribu tahun lalu. Setelah itu berlalu masa yang sangat
lama sekali kemudian,-setelah bercampur rata dengan penduduk asli banjar, yang
mereka namakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang datangan ke
suku banjar belakangan - dibuatlah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu
(Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala).
Orang Pahuluan pada dasarnya merupakan penduduk yang berada
di daerah yang dekat dengan lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang
berasal ke pegunungan Meratus, orang Batang Banyu mendiamikan lembah sungai
Negara, melainkan orang Banjar (Kuala) menempati daerah sekitar Banjarmasin
(dan Martapura).
Bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa Banjar,
yang pada umumnya merupakan bahasa Melayu. Sama dengan halnya ketika mereka
berada tepat di daerah asalnya di Sumatera atau sekitarnya-, yang merupakan di
dalamnya berisi banyak kosa kata berasal dari suku Dayak dan asal Jawa.
Nama Banjar didapat karena mereka semua dahulu-sebelum
dihilangkan pada tahun 1860-, merupakan salah satu warga Kesultanan Banjarmasin
atau disingkat dengan sebutan Banjar, sesuai sekali dengan nama ibukotanya pada
awal berdirinya. Pada saat ibukota dipindahkan ke arah pedalaman, terakhir
bertempat di Martapura, nama tersebut kayaknya sudah terlalu baku bahkan tidak
berubah lagi hingga saat ini.
Banjar Pahuluan
Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah berada sebelumnya
di dalam dan luar keraton yang dibuat di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara
massal diduga pada saat terjadi kenaikan setelah raja, Pangeran Samudera yang
tidak lama dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam yang di ikuti oleh
warga dan kerabatnya, adalah bubuhan raja-raja. Sikap raja ini d contoh oleh
elit ibukota, beberapa raja tentu menemui penduduk yang lebih asli dan lama
tinggal disana, yaitu merupakan suku Dayak Bukit, yang beberapa tahun lalu
diperkirakan menempati lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan
bahasa yang digunakannya, suku Dayak Bukit merupakan salah satu asal usul
dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari pulau Sumatera
atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu yang menetap disana. Kedua kelompok
masyarakat Melayu ini memang berdekatan dengan tetangga tetapi,
setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada umumnya tidak boleh berbaur.
Namun kelompok suku Banjar (Pahuluan) membangun tempat
tinggal pemukiman di suatu tempat dekat sana, yang mungkin tidak jauh sekali
letaknya dengan balai suku Dayak Bukit, tetapi semuanya adalah kelompok yang
bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk kepentingan keamanan
didaerah ini, atau memang karena ada ikatan dari kekerabatan dan, cikal bakal
suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri.
Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang
awalnya ini merupakan suatu komplek pemukiman bubuhan, yang pada dasarnya
terdiri dari salah seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga
kerabatnya, dan mungkin ditambah denga sanak keluarga-keluarga lain yang
bergabung dengannya sehingga menjadi
satu.
Model yang sama atau hampir sama juga dengan adanya terdapat
pada masyarakat balai di kelompok masyarakat Dayak Bukit, yang pada awalnya
masih berlaku hingga saat ini. Daerah yang lembah seperti sungai-sungai yang
berhulu di Pegunungan Meratus ini sepertinya wilayah pemukiman yang paling
pertama yang ada dimasyarakat Banjar ini, dan di daerah merupakan salah satu
konsentrasi penduduk yang banyak sekali
sejak jaman kuno, dan di daerah ini yang diberi nama Pahuluan. Apa yang
di ceritakan di atas merupakan untuk
menggambarkan awal terbentuknya suatu masyarakat (Banjar)